Kembalikan lagi Minat Baca Mu!

Esai-UAS

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memudahkan manusia untuk memperoleh suatu informasi dengan cepat. Perkembangan tersebut secara tidak langsung menuntut masyarakat yang gemar mencari informasi berupaya agar tidak ketinggalan zaman. Salah satu proses mencari informasi yang efektif dan paling mudah dilakukan melalui kegiatan membaca. Namun, di Indonesia khususnya minat membaca masih sangat kurang. Minat baca adalah kekuatan yang mendorong untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
Perkembangan minat baca dan kemampuan baca memang sangat memprihatinkan. Minat baca masyarakat Indonesia tergolong masih sangat rendah. UNESCO pada 2012 melaporkan bahwa indeks minat baca warga Indonesia baru mencapai angka 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca. Di tahun 2013 suatu studi telah mengungkapkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah dan memprihatinkan. Sesuai dengan hasil indeks nasional, indeks Minat baca di tanah air ternyata hanya mencapai 0.01. Coba bandingkan dengan rata-rata indeks baca negara maju yang berada di antara angka 0.45 hingga 0.62.  Di antara negara-negara di kawasan Asia lainnya pun semangat membaca warga negara Indonesia tergolong minim.
Saat ini persepsi sebagian besar rakyat Indonesia, masih berkutat memenuhi hajat hidupnya yang paling utama, yakni pangan dan sandang. Belum lagi kebutuhannya untuk memperoleh tempat berteduh alias rumah, dan membiayai  pendidikan anak-anaknya hal tersebut bagi masyarakat yang kurang mampu. Sementara dikalangan masyarakat yang lebih mampu, membeli barang-barang konsumtif (yang bukan merupakan kebutuhan pokok) sepertinya lebih dianggap  penting ketimbang membeli buku. Padahal, buku itu merupakan jendela dunia. Karena dengan buku dapat membuka wawasan yang sangat luas. Buku juga jendela ilmu. Berbagai macam ilmu dituliskan ke dalam sebuah  buku. Bila sang penulis mampu menuliskan ilmunya dengan baik dalam sebuah buku, maka siapa saja yang membaca tulisannya akan tercerahkan, dan mendapatkan  pengetahuan baru dari apa yang dituliskannya. Bisa berupa pengalaman hidupnya,  bisa juga tentang hal-hal yang dikuasai dan disukainya. Bila sang penulis menuliskannya dengan penuh kehatian-hatian, dan berdasarkan riset atau penelitian,  buku itu menjadi sebuah buku yang berkualitas dan layak dibaca oleh banyak orang. Tak salah bila banyak penulis buku memfilmkan isi bukunya agar sampai pesannya. Jadi dalam proses membaca kita dituntut untuk mampu memvisualisasikan suatu keadaan dari bentuk tulisan ke arah terciptanya atau menciptakan kembali dunia  penulis ke dunia kita. Hanya saja masalahnya, budaya membaca belum menjadi budaya masyarakat kita khususnya di Indonesia.
Membaca memiliki berbagai macam manfaat serta tujuan. Selain mendapatkan informasi, membaca  juga dapat membuka wawasan yang sangat luas. Membaca juga merupakan kunci untuk membuka pintu gerbang kesuksesan. Tiada orang di dunia ini yang sukses tanpa membaca. Membaca juga merupakan sarana untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ilmu  pengetahuan di dunia ini sangat banyak dan tak terbilang. Maka membaca perlu dibiasakan sejak dini. Semakin sering kita membaca akan semakin sulit bagi kita untuk tidak membaca. Membaca itu sendiri tidak harus membaca buku ilmiah seperti Fisika, Biologi, Sejarah, Ekonomi dan lain sebagainya. Buku cerita, cerpen, novel, artikel dan majalah  pun boleh boleh saja. Buku-buku tersebut juga memiliki manfaat dan informasi seperti halnya buku-buku ilmiah. Namun, sebagian dari mereka memiliki informasi yang tidak tersampaikan secara langsung. Membaca juga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Di zaman informasi seperti sekarang ini,menemukan sumber informasi atau  bacaan tidaklah begitu sulit, mencari informasi bacaan tidak perlu harus dengan membeli buku. Bahkan membaca buku di internet sudah sangat memungkinkan. Beberapa dari buku sekolah juga sudah ada yang dibeli oleh pemerintah untuk dapat dipublikasikan secara gratis melalui media internet. Akan tetapi minat baca masyarakat terutama siswa dan mahasiswa masih rendah.
Kenyataan ini akan semakin memprihatinkan bila terjadi pada anak-anak dan remaja yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Minimnya minat baca akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia dan dengan kualitas diri yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bangsa lain tentu kita tak akan mudah bersaing pada dunia yang semakin global sebagaimana saat ini. Rendahnya minat membaca suatu bangsa akan tercermin dari rendahnya minat membaca masyarakatnya. Dan rendahnya minat membaca masyarakat dapat diukur dan dilihat dari seberapa besar minat membaca para peserta didik di sekolah. Tinggi rendahnya minat membaca siswa secara langsung akan menentukan minat membaca masyarakat sebagai stake holder sekolah itu sendiri. Inilah fakta bahwa budaya membaca itu memang belum juga ada.
Keinginan untuk meningkatkan minat membaca di kalangan peserta didik di sekolah ternyata tidak mudah mewujudkannya. Hal ini disebabkan metode yang diberikan terhadap siswa maupun maupun mahasiswa pada umumnya kurang bahkan tidak menyenangkan. Sebagian  besar metode yang ada hanya berorientasi pada hasil bukan pada proses. Rendahnya kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah.
Ada banyak faktor yang menjadi penghambat minat baca masyarakat atau pun peserta didik, yaitu banyak nya hiburan TV dan permainan di rumah atau pun di luar rumah yang dapat menjauhi buku, perkembangan teknologi yang kian canggih membuat masyarakat ataupun generasi penerus kurang minat membaca. Kemajuan pesat teknologi selain membawa dampak positif dengan memudahkan pekerjaan manusia ternyata juga bisa membawa dampak negatif bila tak digunakan, diawasi, dan dikendalikan dengan baik. Pengguna terbesar produk-produk berteknologi tinggi adalah para pemuda dan sayangnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget-gadget canggih tersebut daripada membaca. Selain itu, buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga  jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan kadang-kadang letaknya jauh. Serta masih banyak orang yang menganggap membaca adalah hal yang tak terlalu penting sehingga kurang mempunyai kesadaran serta motivasi untuk rajin membaca. Intinya harus ditanamkan dalam diri bahwa membaca adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas diri sehingga tercipta motivasi untuk menggiatkan diri dalam membaca buku.
Sebagai calon generasi penerus bangsa, walaupun sekarang kita telah hidup di zaman yang serba modern. Tambahlah ilmu, carilah ilmu dengan membaca. Bangunlah kebiasan membaca dari sekarang. Walaupun untuk membangun kebiasaan membaca itu tidak mudah tetapi untuk membangun kebiasaan membaca harus dimulai dari membangun kepribadian individu. Dimulai dari diri sendiri. Diri sendiri lah yang akan menentukan masa depan kita nantinya. Kembalikan lagi minat membaca kita. Walaupun membaca merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi kita, tetapi kembali lagi pada diri kita. Buatlah sesuatu hal itu menjadi sesuatu yang menarik dan berusahalah untuk mencintai sesuatu hal itu. Misalnya membaca. Karena dengan menbaca tak ada satu pun yang akan dirugikan. Membaca akan membuka wawasan kita. Membaca juga dapat memperbaiki bangsa. Membaca merupakan kunci dalam belajar dan dengan membaca, kita dapat menghilangkan rasa keingintahuan kita terhadap informasi dan pengetahuan yang terkandung dalam bacaan yang kita baca.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Objektif Pada Cerpen Laki-Laki Sejati Karya Putu Wijaya

Tugas Kuliah - Kritik Sastra Dengan Pendekatan Mimetik

Tugas Kuliah - Contoh Esai